Penghargaan Achmad Bakrie 2006

Untuk keempat kalinya Freedom Institute menganugerahkan Penghargaan Achmad Bakrie untuk bidang-bidang Ilmu Sosial, Kesusastraan, dan Kedokteran, yang masing-masing diberikan kepada Prof. Dr. Arief Budiman, Rendra, dan Prof. Dr. Iskandar Wahidiyat. Penganugerahan akan diserahkan pada hari Senin, 14 Agustus 2006 di Hotel Nikko, jalan Thamrin Jakarta.

Arief Budiman dipilih karena perannya yang besar dalam menghidupkan perdebatan tentang pilihan model pembangunan Indonesia di sepanjang tahun 1980an, yang jejak-jejaknya masih terasa hingga hari ini. Di masa itu model pembangunan didominasi oleh bimbingan teori modernisasi, dan ia datang dan menantang dominasi itu dengan mengajukan "teori struktural" sebagai alternatif. Sejak itu semua peminat dan ilmuwan sosial Indonesia yang menekuni masalah ini merasa harus terlibat dalam perdebatan penting ini. Peran besar Arief dalam wacana ilmu sosial Indonesia memang bukan terletak pada kebenaran argumennya, tapi pada keberanian dan terobosannya dalam menggelorakan sebuah ide. Ini juga terlihat dalam sumbangannya bagi penyajian dasar teoretis bagi gerakan feminisme di Indonesia, melalui buku kecilnya Pembagian Kerja Secara Seksual (1981).

Rendra dipilih karena selama lebih dari setengah abad kiprah perpuisiannya ia senantiasa menunjukkan jalan lain perpuisian Indonesia. Jika mayoritas penyair terpukau berlebihan pada lirisisme – dan kerap terjatuh pada puisi semu dan gelap – Rendra menulis puisi naratif dengan bahasa berhias yang memancar cerah. Ia adalah contoh pertama bagi penyair asal-Jawa yang piawai berbahasa Indonesia. Jika para penyair utama gemar menyuling bahasa demi mencapai puncak puitik, Rendra justru mendaur-ulang bahasa orang ramai. Ia juga contoh yang utama bahwa modernisme artistik bisa memeluk mesra lingkungan budaya-asal. Puisi, baginya, adalah upaya untuk mengungkai kecerdasan kolektif sekaligus memelihara kewajaran dan kebaruan bahasa Indonesia, sebagaimana tampak pada karya-karyanya yang antara lain terhimpun dalam kumpulan Ballada Orang-orang Tercinta (1957), Empat Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972) dan Disebabkan oleh Angin (1964, 1993).

Iskandar Wahidiyat dipilih karena namanya hampir sinonim dengan thalassemia dan banyak aspek yang terkait dengan penyakit ini di Indonesia. Ia menekuni watak penyakit kelainan darah yang mematikan itu, tak henti mengupayakan pencegahan dan pengurangan risiko kematian akibat penyakit ini, mengajarkan pengetahuan tentangnya kepada para mahasiswanya, mendirikan yayasannya, membuka sektor khusus untuk menanganinya di rumah sakit, mendirikan perhimpunan penderitanya, membimbing para orang tua dari anak-anak pengidapnya, menulis buku-buku teks dan artikel-artikel ilmiah tentangnya. Maka tiada seorang pun yang menyebut penyakit ini di Indonesia tanpa sekaligus menyebut namanya. Ia telah menulis tak kurang dari 85 makalah ilmiah selama periode 1961-2005, dan aktif dalam 27 kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan thalassaemia, di dalam dan luar negeri.

Penghargaan Achmad Bakrie diberikan setiap tahun kepada cendekiawan dan ilmuwan Indonesia yang berprestasi luar biasa di bidang-bidang ilmu sosial, kesusastraan dan kedokteran. Penghargaan ini diberikan oleh keluarga besar Achmad Bakrie sejak 2003, diserahkan setiap bulan Agustus menjelang hari kemerdekaan. Pemenang akan memperoleh hadiah uang sebesar masing-masing Rp 100 juta, dilaksanakan oleh Freedom Institute.

Selain Penghargaan Achmad Bakrie, juga akan ada pemberian Beasiswa Achmad Bakrie 2006 akan diberikan kepada Jonathan Pradana Mailoa, pemenang The Absolute Winner pada Olimpiade Fisika 2006 di Singapura, dan Rudolf Surya Bonay, pemenang the First Step to Nobel Prize in Chemistry 2006. Dua siswa ini akan mendapat beasiswa sekolah sampai tingkat Ph.D di dalam atau di luar negeri.

Beberapa program lain Freedom Institute adalah penerbitan buku karya ilmuwan Indonesia dan penerjemahan buku-buku pemikiran liberal (10 judul setahun), pelatihan wartawan untuk isu-isu mutakhir ekonomi dan politik (telah berlangsung lima kali), dan "Forum Freedom", acara talk show yang disiarkan setiap Senin pagi di Kantor Berita Radio 68H yang direlay oleh sekitar 50 stasiun radio di seluruh Indonesia. Buku-buku yang telah diterbitkan, bekerja sama dengan penerbit-penerbit profesional, antara lain Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan (Ignas Kleden), Bila Kapal Punya Dua Nakhoda (M. Sadli), Pelaku Berkisah: Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an (Thee Kian Wee), Memperkuat Negara (Francis Fukuyama), Asas Moral dalam Politik (Ian Shapiro).

08/11/2006 23:44:10



 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.