Klub Sains: Otak dan Peradaban

Freedom Institute bersama komunitas pemerhati sains modern telah mengadakan sebuah diskusi tentang pencapaian modern dalam studi otak manusia beberapa minggu yang lalu. Sejalan dengan filsafat liberalisme klasik yang mendasarkan argumennya pada temuan-temuan ilmiah yang mencoba memahami manusia dan upayanya mengorganisasikan diri dalam sebuah sistem sosial kemasyarakatan, diskusi ini dibayangkan sebagai peretas bagi terbentuknya komunitas Indonesia yang lebih berpikiran rasional dan terbuka terhadap beragam pemikiran maupun perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Temuan-temuan ilmiah itu seringkali berbenturan dengan prasangka, paham, bahkan tatanan yang dominan saat ini, yang semuanya menghambat gerak maju perkembangan manusia.

Seri diskusi pertama, dimulai Kamis 1 Juni 2011, diawali dengan diskusi tentang otak manusia menurt riset dan temuan-temuan terbaru di bidang neurosains. Otak, ditunjukkan lewat presentasi pakar neurosains Roslan Yusni Hasan, didudukkan sebagai faktor penentu pembentuk peradaban manusia. Tanpa otak yang telah berevolusi cukup jauh, tak akan ada peradaban. Tanpa otak yang bekerja untuk keperluan survival manusia, maka tidak akan ada Tuhan, apalagi agama, yang memang cukup efektif untuk mendukung survivabilitas manusia pada kurun waktu dan keadaan sejarah yang silam. Konsep agama dan Tuhan, sampai batas tertentu telah membantu leluhur manusia untuk bekerjasama menghadapi keadaan yang buruk sehingga bisa lestari menghadapi seleksi alam. Namun kini, banyak hal yang diajarkan agama-agama, yang justeru tegak menghambat perkembangan manusia menuju tingkat yang lebih baik. Agama-agama, dalam posisi seperti ini, menjadi sesuatu yang dengan sistematis menampik tujuan besarnya sendiri.

Ryu Hasan yang juga terlibat dalam tim penelitian tentang telemorase (bagian dari gen penentu panjang umur organisme) di Tokyo University ini memaparkan serangkaian penelitian mutakhir untuk mendukung argumen tentang keterkaitan kerja otak dan kelahiran serta perkembangan agama itu. Ryu yang tumbuh dalam keluarga ulama muslim itu berbicara agak banyak tentang agama islam yang dikenalnya dengan cukup rinci itu. Video dan audio Ryu dapat didapatkan di website ini.

Diskusi yang dihadiri sekitar 100 orang dan berlangsung hampir tiga jam ini akan dilanjutkan lagi dalam diskusi selanjutnya yang akan dilaksanakan secara berkala. Tentatif tema diskusi adalah sebagai berikuit: 

  1. Otak dan Moralitas
  2. Otak, Gender, dan Identitas-identitas Lainnya
  3. Evolusi dan Watak Manusia: Kasus Nusantara
  4. Otak dan Kemungkinan-kemungkinan Masa Depan Manusia

Tema-tema yang akan dibahas itu akan disorot dengan perspektif neurosains dan evolusi biologi.

Moderator diskusi yang juga koordinator Klub Sains Freedom Institute, Nirwan Arsuka, menginformasikan bahwa selain diskusi umum yang dilaksanakan setiap bulan, klub sains juga akan mengadakan serangkaian lokakarya di mana peminat yang terpilih akan berkesempatan mendalami lebih lanjut diskusi sejenis ini secara intensif dan santai. Lokakarya ini akan mencoba merangkum berbagai spektrum pembicaraan tentang sains, tentang perubahan pandangan dunia yang disebabkan oleh temuan-temuan terbaru terutama di berbagai bidang Ilmu-ilmu alam (physical sciences) dan Ilmu-ilmu kehidupan (life sciences). Dengan diskusi terbuka dan lokakarya berkala itu diharapkan akan berkembang jaringan komunitas epistemis yang berpikir dinamis dan anti-dogma, sejalan dengan watak dan pencapaian ilmu pengetahuan modern yang, mengutip filosof Ernst Cassirer, merupakan langkah terakhir dalam perkembangan mental manusia dan boleh dianggap sebagai pencapaian tertinggi dan paling karakteristik dalam kebudayaan manusia. Harapan klub sains ini, pada dasarnya, adalah penerusan dari semangat inti agama dan filsafat yang hendak mengangkat martabat manusia dan alam raya setinggi-tingginya.

dokumen audiovisual diskusi Otak dan Peradaban klik

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.