Manliness

Pembicara: Gadis Arivia, Rizal Mallarangeng

Moderator: Hamid Basyaib

Hamid Basyaib: Pertengkaran malam ini saya rasa akan seru. Saya sendiri belum membaca bukunya. Tapi saya baca beberapa ulasannya dan saya cukup terkejut. Dan indikator yang cukup baik tentang buku ini Anda bisa baca dari makalahnya Gadis Arivia, sebuah catatan yang penuh tanda seru, dari awal hingga akhir.

Secara umum, bagi Gadis, Mansfield ini benar-benar tidak mengerti peradaban mutakhir, bahwa evolusi pemikiran dan aktivisme feminis juga sudah bergelombang-gelombang, dan dia tidak tahu. Dan jika kita baca tulisan Garry Willis di New York Review of Book, nadanya sama. Mansfield berusaha mencari legitimasi dari literatur-literatur klasik sampai yang awal misalnya Aristoteles dan Plato, dan bagi Garry Willis dia salah. Banyak yang tak tepat.

Buat Anda ketahui, Mansfield ini adalah seorang profesor di Harvard, Government Studies, dan tahun 2004 bahkan mendapatkan Humanities Medal dari George Bush. Maksud saya, dia bukan sembarangan. Dan dia satu-satunya dosen yang menentang pembukaan studi wanita di Harvard. Jadi dia benar-benar petarung. Sendirian menentang, walaupun gagal. Dan dia juga hampir merupakan satu-satunya pembela yang gigih dari Larry Summers, yang pernah membuat pernyataan kira-kira: ”Gimana ya, kok ilmuwan ini umumnya lelaki. Perempuan sedikit sekali. Jangan-jangan karena inferioritas intelektual perempuan.” Ngamuk semua profesor di Harvard, dan memunculkan kontroversi berbulan-bulan.

Orang seperti Stephen Pinker (neurosaintis yang terkemuka dari Harvard juga) bahkan perlu membuat tulisan yang kalau tidak salah bilang bahwa tidak ada bedanya antara perempuan dan laki-laki. Akhirul kalam, Larry Summers ini harus keluar, dan berhenti jadi Rektor di Harvard.

Sebelum kita mulai, saya juga memberi catatan, ada satu riset dari Edward Lohan, dari University of Chicago. Dia meriset tentang kepuasan hubungan seksual perempuan dan laki-laki umur 40-80an di 29 negara. Respondennya tidak tanggung-tanggung, 27.500. Kesimpulan umumnya adalah: dalam masyarakat yang equal gender, hubungan seksual itu lebih memuaskan, lebih menyenangkan. Dan di masyarakat yang sebaliknya, hubungan itu lebih tidak menyenangkan. Penjelasannya macam-macam.

Rizal Mallarangeng: selidik punya selidik ternyata banyak revealing. Revealing bukan hanya soal pemikiran feminisme, kontra atau pro, tapi juga untuk menimba banyak hal. Tadi Hamid juga sudah katakan ini bukan orang sembarangan, dapat medali, walaupun dari kaum konservatif, George Bush. Mungkin saya beritahu sajalah dan mulai dari strategi saya membaca buku ini dan mengertinya.

Karena sewaktu saya di Colombus kan banyak baca Harvey C. Mansfield, karena dia bukan hanya penerjemah tapi ahli Machiavelli. Jadi otoritas yang menulis Machiavelli, yang membahas Machiavelli itu adalah Harvey C. Mansfield. Jadi saya harus baca Machiavelli, tiba-tiba kok dia nulis feminisme, ada apa ini? Saya juga baru tahu bahwa ternyata dia membela Larry Summers.

Memang orang ini nyentrik, kalau nggak nyentrik nggak mungkinlah dia mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk membahas, menulis, dan meneliti Machiavelli. Machiavelli kan dianggap peletak dasar ilmu politik modern, memisahkan apa yang harus dan apa yang senyatanya. Dengan itu dia mendobrak tradisi besar jumbuhnya agama dan moralitas, jumbuhnya ilmu dan kristianiti. Dengan mengatakan, ”sudahlah ilmu politik, atau ilmu apapun harus melihat yang nyata, bukan apa yang seharusnya.”

Dia meruntuhkan tembok-tembok yang selama ini menahan laju kemajuan umat manusia. Dia belajar tentang itu tok, dan anehnya buku yang terbaik dari Machiavelli kan sangat tipis, 30an halaman. Dan seluruh karirnya 40 tahun hanya diabdikan hanya untuk membahas 30 halaman itu. Tetapi di balik ini mungkin ada yang berharga. Ini mungkin hikmahnya.

transkrip diskusi unduh

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.