Memperbincangkan Kembali Pemikiran dan Teori Clifford Geertz

Pembicara: Nono Anwar Makarim, Bambang Pranowo

Moderator: Selamat malam. Assalamualaikum Wr. Wb. Diskusi kita malam ini adalah tentang teori dan pemikiran Clifford Geertz. Di samping kiri saya adalah Nono Anwar Makarim, Ketua Yayasan Aksara, dan di sebelah kanan saya adalah Bambang Pranowo, intelektual senior yang pernah menulis disertasi tentang pemikiran Geertz.

Sebagai perkenalan. Saya sekolah di Amerika, di Ohio State University. Di masing-masing kelas, karya Clifford Geertz itu selalu dipakai. Dua bab dalam bukunya yang berjudul The Interpretation of Cultures selalu dipakai dan membuat namanya mencuat. Buku ini sudah diterjemahkan oleh Franky Hardiman.

Dua bab itu adalah Bab I tentang thick description. Dan esai terakhir mengenai sabung ayam di Bali, di mana dia mempraktekkan apa yang disebut sebagai thick description. Kita bersyukur malam ini bisa berdiskusi dengan 2 orang di antara sedikit pakar tentang Clifford Geertz. Pak Nono pernah kerja di LP3ES dan belakangan sekolah di Harvard.

Malam ini kita akan dengarkan apa yang ia dapatkan dari hasil napak tilas Geertz di Pare. Sedang Pak Bambang Pranowo yang desertasinya adalah tentang reinterpretasi pembagian yang dilakukan Clifford Geertz tentang Santri, Priyayi dan Abangan. Tadi sudah disepakati bahwa Pak Nono akan memulai diskusi. Kemudian kita akan dengar komentar dari Pak Bambang.

Waktu bagi masing-masing pembicara saya dengar dari panitia adalah 20-30 menit. Nono A. Makarim: Selamat malam. Assalamualaikum. Saya bertemu dengan Clifford Geertz sekitar 2 – 3 kali. Orangnya ganteng tapi pendek sekali. Selain dengan orang ini, saya juga kagum dan pernah bertemu dengan Samuel Huntington.

Saudara-saudara sekalian, siapa sebenarnya Clifford Geertz itu. Dia itu ingin menjadi penulis novel yang terkenal. Dan ini ia utarakan dalam tulisan-tulisannya. Masuk Universitas Belajar Sastra Inggris. Tapi grammar dianggap membatasi, lalu dia belajar filsafat.

Dan akhirnya, pada tingkat Pasca Sarjana dia belajar Antropologi, Sosiologi, Psikologi Sosial, Psikologi Klinikal, dan Statistik. Dia percaya bahwa sebagian besar kehidupannya ditentukan oleh faktor “Kebetulan.” Semuanya kebetulan. Ia juga “kebetulan” saat sekolah dikelilingi nama-nama seperti Kluckhohn, Edward Shils, David Apter, Cora Dubois, di Harvard dan MIT. Kemudian muncul pertanyaan, apa Modjokuto itu suatu “Kebetulan”? Menurut Geertz ini suatu kebetulan.

Tapi saya kira ini bukan kebetulan. Pada 1950-an, terjadi perang Korea mulai. Infanteri dan artileri Korea Utara tumpah melintasi Garis Paralel 38 Derajat. Kemudian, Tentara Merah Republik Rakyat China merebut Hainan. Lalu Ho Chi-Minh mengobarkan perang kemerdekaan Vietnam dan mempersulit posisi Perancis. Kemudian Sihanuk gagal menjaga keseimbangan kekuatan antara militer Kamboja yang korup lagi pro-Amerika dan Gerilyawan Khmer Merah PolPot.

transkrip diskusi unduh

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.