Muslim Feminis : Polemik Kemunduran dan kebangkitan Islam

Keunikan buku ini bukan terlihat dari judulnya, melainkan juga pada motivasi penulisnya, Mohamad Guntur Romli salah seorang feminis muslim dari kalangan NU-saya lebih suka menyebutnya “santri feminis”-menulis buku ini sebagai mahar buat istri tercinta yang juga muslimah feminis, Nong Darol Mahmada.

Musdah Mulia

Kelebihan buku ini adalah pengemasannya dari perspektif sejarah yang memberikan gambaran luas secara sosial-politik tentang pemikiran feminis di dalam kehidupan budaya Islam di Timur-Tengah. Pemahaman sejarah menempatkan isu-isu feminis sebagai perjuangan sosial dan bukan (hanya) agam. Buku ini menurut saya memberikan gambaran tersebut. Pun juga sebuah perkawinan adalah utamanya berbuat adil secara sosial, antara seorang laki dan perempuan. Selamat untuk Nong dan Guntur.

Gadis Arivia : Pendiri Jurnal Perempuan

Buku ini mengulas tiga “laki-laki feminis”, yakni Syaikh Rifa'ah at-Tha-thawi (1801-1873), Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905) dan Qasim Amin (1863-1908) yang mendobrak kebekuan pemikiran tentang teologi perempuan. Ia melontarkan kritik sengit terhadap pandangan teologis yang dalam alam bawah sadar mereka memiliki kebencian dan inferioritas terhadap perempuan.

Melalui tiga tokoh laki-laki feminis ini, agenda kesetaraan dan keadilan gender, sungguh, tidak dapat dipisahkan, dan harus menjadi bagian dari paradigma gerakan pembaruan pemikiran dan aksi masyarakat Islam. Terutama bagi masyarakat Islam di Indonesia.

Neng Dara Affiah :Komisioner Komnas Perempuan

Pengarang : Romli, Mohamad Guntur

Jakarta: Freedom Institute, 2010

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.