Forum Freedom: Menelaah Kembali Filsafat Kebebasan

Kebebasan seperti apakah yang paling penting untuk kehidupan manusia? Isaiah Berlin membagi dua jenis kebebasan dalam bukunya “Two Concept Of Liberty”. Pertama adalah kebebasan negatif yaitu kondisi yang meniadakan penghalang kebebasan. Kedua adalah kebebasan positif yang mengandaikan manusia bisa bebas melakukan hal-hal yang baik dan positif. Konsep negatif di atas telah mengilhami beberapa ide yang serupa dari Friedrich Hayek, Milton Friedman, hingga Amartya Sen. Forum Freedom pada hari Kamis, 5 April 2013 menyelenggarakan diskusi untuk membahas hal tersebut bersama Robertus Robet dari Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) dan Romo A. Setyo Wibawa dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara. Ulil Abshar Abdalla dari Freedom Institute menjadi moderator dalam diskusi kali ini.

Romo Setyo yang mendapat giliran pertama untuk berbicara. Di awal bahasannya, Romo berbicara tentang artikel Fred Mcmahon yang menjadi referensi diskusi kali ini. Menurut Romo, dalam artikel tersebut Mcmahon menjelaskan bahwa sebenar-benarnya kebebasan adalah kebebasan negatif, bukan positif. Dalam artikelnya tersebut pun Mcmahon berargumen bahwa kebebasan negatif sudah berakar dari Yunani kuno. Walaupun begitu, Romo menjelaskan bahwa salah satu penentang kebebasan negatif atau pendukung kebebasan positif adalah filsafat Platonian.

Romo Setyo mengkritik pandangan Mcmahon yang menyatakan kebebasan positif selalu buruk. Dengan menggunakan filsafat platonian, Romo berargumen bahwa kebebasan positif tidak selamanya buruk, karena kebebasan positif adalah daya rasional manusia yang mengejar sesuatu berdasarkan kodratnya. Romo juga mengkritik upaya standarisasi dan indeksisasi yang dilakukan karena Mcmahon, karena menurutnya upaya tersebut bertentangan dengan filsafat kebebasan negatif itu sendiri.

Dalam gilirannya berbicara, Robertus Robet berbicara dalam beberapa bagian yang disebutnya sebagai dongeng-dongeng. Dongeng pertama Robet menjelaskan tentang dua tokoh utama konseptor kebebasan, yaitu J.S. Mill dan Isaiah Berlin. Mill berpandangan bahwa semua orang bebas melakukakn apapun sejauh tidak mengganggu kebebasan orang lain. Pandangan Mill yang terkenal inilah yang kemudian mengilhami kebebasan negatif Berlin. Dalam dongeng keduanya, Robet mengutip pandangan Judth N. Skhlar yang berpandangan bahwa kebebasan tidak bisa bertolak dari keadilan dan kebebasan itu sendiri. Kebebasan haruslah dimulai dari pengalaman konkret historis mengenai ketidakadilan. Perhatian utama filsafat kebebasan justru adalah kekejaman. Dalam dongeng ketiganya, Robet menjelaskan tentang pandangan Quentin Skinner dalam bukunya “Liberty Before Liberalism” yang menemukan gejala politik kebebasan di bagian utara Italia pada abad 12. Dalam hal ini gerakan menuntut kebebasan sudah muncul jauh sebelum liberal meneruskan gagasan kebebasannya. Dongeng keempatnya berbicara tentang pemikiran Hannah Arrendt yang melihat bahwa sebab munculnya otoritarianisme adalah akibat pemikiran politik modern yang lebih mengutamakan keamanan dibandingkan kebebasan. Di akhir bahasannya, Robet menjelaskan tentang keadaan masyarakat Indonesia yang menyukai kebebasan namun tidak suka mengaitkannya dengan liberalisme. Robet juga menilai bahwa keadaan di Indonesia sudah menyentuh level rapuh. Terilhami Nussbaum, Robet menyebut kebebasan di Indonesia sebagai “The Fragility of Freedom”.

Di sesi pertanyaan narasumber menjawab beberapa pertanyaan yang ditanyakan peserta diskusi. Romo Setyo yang menjawab pertanyaan salah satu peserta tentang kebebasan dalam berekonomi dan hubungannya dengan kapitalisme, menjelaskan bahwa kebebasan dalam berekonomi sangat erat kaitannya dengan hak milik (property right). Kepemilikan adalah syarat mutlak lahirnya kebebasan dalam berekonomi. Mengutip Mcmahon, Romo Setyo menjelaskan bahwa kunci kemerdekaan adalah dengan adanya hak kepemilikan. Seorang budak tidak bisa dikatakan sebagai seseorang yang merdeka karena tidak memiliki hak kepemilikan. Orang asing juga tidak merdeka di suatu negara karena tidak bisa memiliki tanah dan rumah atas nama dirinya. Pengalaman dulu di Yunani juga begitu, hanya orang bebas yang bisa memiliki kepemilikan.

Bahan Diskusi:
Human Freedom from Pericles to Measurement oleh Fred McMahon - pdf
An Index of Freedom in the World oleh Ian Vásquez and Tanja Štumberger - pdf
Makalah Diskusi dari Robertus Robet
Makalah Diskusi A. Setyo Wibowo
Foto Dokumentasi Kegiatan
Video Dokumentasi Kegiatan"   

02/05/13

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.