Penghargaan Achmad Bakrie 2008

1. Taufik Abdullah

Sebagai seorang ilmuwan sosial, Taufik menyadari betul pentingnya pandangan multidimensional terhadap sejarah. Penulisan sejarah tak cukup hanya bermodalkan pengetahuan tentang kronologi peristiwa. Disiplin keilmuan seperti sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi, merupakan instrumen penting dalam melihat peristiwa kesejarahan di masa silam. Pendekatan multidimensional membantu sejarahwan melihat persoalan secara lebih utuh.

Sejarah yang baik adalah sejarah yang mengisahkan tentang keadaan yang sesungguhnya, bukan keadaan yang diinginkan atau dibayangkan seorang sejarahwan. Untuk itu diperlukan berbagai perspektif dan pendekatan dalam menulis sejarah. Pendekatan yang keliru akan menuju pada kesimpulan yang keliru.

Taufik Abdullah berpandangan bahwa sejarah harus dibiarkan sebagai wacana intelektual. Ia tidak boleh menjadi alat propaganda. Sejarahwan dan para pengajar sejarah harus terus mengingatkan bahwa sejarah adalah hasil rekonstruksi atas serpihan-serpihan peristiwa masa silam, yang penuh dengan kepentingan dan subyektifisme.

Sejarah adalah berita pikiran hasil interaksi dan negosiasi penulisnya dengan realitas masa silam yang dihadapinya. Sebagai “berita pikiran” sejarah harus dibongkar, digugat, dan dipertanyakan terus-menerus, untuk kemudian dikonstruksi kembali menjadi narasi baru yang lebih sahih.

 

2. SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Dalam puisi Sutardji Calzoum Bachri, bahasa Indonesia tampak sangat modern, pascamodern, sekaligus purba. Kiprahnya adalah usaha yang tiada henti dalam merebut kembali hidup kata yang telanjur dibeku-bakukan dalam kamus dan konvensi.

Puisi Sutardji menyadarkan kita bahwa ada banyak modus komunikasi yang terjadi di luar bahasa. Justru dengan menggunakan kata, ia dengan ironis menyatakan apa yang tak bisa disampaikan oleh kata atau justru melampaui kata itu sendiri. Bahasa seakan dikembalikan kepada kondisinya sebelum ia tunduk kepada hukum tata bahasa.

Kata dalam puisi Sutardji seperti pemain yang bergerak mencari kemungkinan arah dan tujuannya sendiri karena, antara lain, si penyair memainkan kelas kata misalnya mengalih-gunakan katabenda jadi kata sifat, dan katakerja jadi katabenda.

Sutardji meradikalkan puisi bebas. Pada mayoritas penyair kita, puisi bebas sekadar upaya untuk membebaskan diri dari pola mapan; atau, puisi bebas sekadar puisi yang mendekat ke prosa. Pada Sutardji, puisi bebas adalah konsekuensi dari rangkaian kalimat atau frase yang tak stabil, yang saling membentur demi membentuk keseluruhan yang tak teramalkan.

Sutardji Calzoum Bachri menemukan kembali mantra. Di masa dahulu, mantra memberi tuah dan penyembuhan; di masa kini, mantra Sutardji memulihkan tenaga bahasa yang telanjur dimelaratkan oleh komunikasi massa.

 

3. MULYANTO

Dokter Mulyanto membuktikan bahwa keahlian yang memenuhi standar akademis internasional, ketekunan, semangat untuk mengaitkan diri dengan komunitas ilmiah global,  komitmen penuh pada bidang ilmunya, dan kegigihan untuk menyediakan sarana kesehatan yang terjangkau masyarakat miskin dapat membuahkan hasil yang hebat, sangat praktis, murah dan melampaui capaian para koleganya di negara-negara maju.

Selama tiga dekade, Mulyanto bekerja tekun di Laboratorium Hepatika di Mataram yang sepi dan jauh dari reputasi ilmiah.

Ia mengembangkan penggunaan reagen dengan perangkat dipstick yang  amat sederhana, tapi mampu mendeteksi penyakit yang masih lazim di masyarakat berkembang seperti malaria, juga hepatitis B dan hepatitis C, bahkan HIV.

Kepraktisan metode dan perangkatnya mampu memotong rantai proses di laboratorium uji klinis yang panjang, rumit dan mahal. Imunokromatografi hasil inovasi Mulyanto berupa kertas tipis nitroselulose berisi unsur cairan dan sel darah, antibodi, protein virus, antigen dan koloid emas, yang dibungkus kaset pipih berbahan plastik transparan sepanjang 8 cm, lebar 1 cm dan tebal 0,5 cm.

Dengan alat sederhana itu, siapapun bisa melakukan tes sendiri. Dan imunokromatografi Mulyanto yang sederhana dan murah tersebut mencapai sensitifitas 100 persen, dengan tingkat akurasi 97 persen.

 

4. LAKSANA TRI HANDOKO

Laksana Tri Handoko adalah satu dari sejumlah fisikawan di dunia ini yang merintis usaha memburu partikel Higgs, yakni partikel hipotetis yang bisa menjawab pertanyaan “dari mana asal-usul massa materi.” Dirumuskan dalam bahasa umum, pertanyaan ini berbunyi “mengapa benda mempunyai berat”.

Dalam ilmu fisika modern dikenal Model Standar yang dapat menjelaskan gejala alam di ranah mikroskopik di mana gaya-gaya elektromagnetik, nuklir lemah dan nuklir kuat bekerja. Sebanyak 16 partikel elementer yang diramalkan Model Standar ini sudah berhasil diobservasi berbagai eksperimen. Tapi, ada satu partikel hipotetis yang dinamakan partikel Higgs yang sampai saat ini belum terkonfirmasi.

Handoko memburu partikel Higgs dengan kajian matematika maupun eksperimen di laboratorium.

Handoko memilih skenario perburuan partikel Higgs dengan memanfaatkan temuan bahwa neutrino (yakni partikel elementer yang tak bermuatan) ternyata bermassa. Instrumen matematik yang bernama Teori Supersimetri ia coba terapkan dalam konteks ini. Belasan publikasi di jurnal fisika tingkat dunia telah ia hasilkan baik berupa karya mandiri maupun dalam kolaborasi dengan fisikawan lain.

 

5. PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

Dengan meneliti, menghimpun dan menemukan berbagai pengetahuan dan teknologi kelapa sawit, lembaga ini termasuk paling maju di dunia dalam bidangnya. Banyak negara mengandalkan rencana pengembangan perekonomian kelapa sawit kepadanya. Dengan sumbangannya pula, sejak 2007 Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia, dan produk sawit menjadi komoditas ekspor terbesar negara kita setelah minyak dan gas alam.

Ditopang oleh koleksi plasma nutfah terlengkap di dunia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menjadi lembaga yang paling subur memproduksi varietas baru. Di laboratorium kultur jaringan terbesar di dunia untuk jenisnya, PPKS meneliti teknologi pemuliaan sawit yang berpotensi mengubah masa depan industri sawit. Di samping itu, lembaga ini praktis meneliti segala hal yang berkaitan dengan perkebunan sawit dari hulu hingga ke hilir.

PPKS adalah contoh terbaik di Indonesia dalam hal pertautan antara riset ilmiah-teknologis dengan kegiatan bisnis dan non-bisnis. Dari sebagian hasil risetnya sendiri, PPKS sanggup mandiri secara finansial, sambil membantu sejumlah kegiatan riset pekebunan di tempat lain di Indonesia. Banyak buah karya PPKS yang siap tumbuh menjadi bisnis besar industri hilir yang potensial membentuk lapangan kerja dan mengangkat pendapatan negara. 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.

Related Articles