Despot Paling Keji

Gambar oleh Laurent Verdier dari Pixabay

 

KEKEJAMAN DAN KEKEJIAN Stalin telah terkenal di seluruh dunia. Namun hanya sedikit penulis yang berhasil menuliskan itu semua dalam detail yang kaya dan panoramik. Dr Medvedev jelas merupakan salah satu di antaranya. Ia menulis bukan hanya sebagai seorang sejarawan yang bagus, melainkan juga sebagai seorang penuntut yang jujur dan tajam, yang menangani kasusnya berdasarkan begitu banyak informasi yang berasal dari korban-korban para tiran.

Dalam buku ini dia memperkirakan bahwa sebanyak 20 juta orang mati, dan beberapa juta orang yang lain disiksa dengan keji, di tangan pasukan polisi dan birokrasi Stalin. Dr Medvedev memperlihatkan bagaimana, dalam usahanya untuk menghancurkan sisa-sisa pasukan lama dari era Lenin dan membangun “sosialisme dalam satu negara”, Stalin menggunakan mekanisme teror. Pendeknya, bagi Dr Medvedev, Stalin telah melakukan suatu kejahatan “yang sulit dicari padanannya dalam sejarah dunia... tidak ada satu tiran atau despot di masa lalu yang membunuh dan menyiksa begitu banyak warganegaranya sendiri”.

Stalinisme merupakan sebuah sistem pemerintahan yang teroristik dan diktatorial, yang terkonsolidasikan melalui kultus pribadi sang diktator. Akar sistem ini, bagi Dr Medvedev, tidak terletak dalam gagasan-gagasan Marx atau dalam warisan revolusioner Lenin. Stalinisme hanya sebuah penyimpangan: “Stalinisme samasekali bukan tak-terelakkan”. Stalin hanyalah seorang devian keji yang merintangi komunisme dalam membangun suatu masyarakat yang manusiawi dan sejahtera. Stalin “tidak pernah merupakan seorang komunis sejati”.

Di sini kita bisa melihat bahwa, dalam usahanya yang jujur dan tajam untuk mencari kebenaran, Dr Medvedev mengulangi apologi terkenal para Leninis yang keras kepala. Bagi mereka, tidak ada satu hal pun yang secara inheren salah dengan Marxisme dan praktik-praktik revolusioner Leninis. Kegilaan dan paranoia Stalin-lah yang menciptakan teror yang sistematis dan kekaisaran kejahatan. Dengan demikian, tugas pertama untuk membangun kembali sistem Soviet adalah mencuci “semua lapis noda Stalinis”.

Sulit untuk menerima jenis pietisme Leninis ini. Pertama-tama, kita tahu bahwa teror, sebagai alat kekuasaan, dibenarkan dan digunakan oleh Lenin. Pada 1901 Lenin74 berkata, “Pada dasarnya kita tidak pernah meninggalkan teror dan tidak bisa meninggalkannya.” Dan beberapa bulan sebelum Revolusi Oktober, ia menulis bahwa kaum Bolshevik harus menjalankan kediktatoran; dan defnisinya tentang kediktatoran adalah “sebuah kekuasaan yang tidak dibatasi oleh hukum apapun, tidak terikat oleh aturan apapun, dan secara langsung didasarkan pada paksaan”. Partai Bolshevik harus menjadi satu-satunya pemegang kebenaran.

Bukan hanya dalam kata-kata dan pemikiran Lenin mempersiapkan lahirnya Stalinisme. Dalam praktik, apa yang ia lakukan ketika ia berkuasa, menurut Brzezinski, adalah “konfrontasi yang hampir sepenuhnya dengan masyarakat”. Lenin menciptakan sebuah partai tertinggi yang dilengkapi dengan pasukan polisi rahasia untuk—dalam ungkapan Brzezinski— “mendorong bukan meluruhnya negara melainkan masyarakat sebagai sebuah entitas yang otonom”.

Lenin, dengan kata lain, mempersiapkan dasar sebuah negara yang sangat terpusat bagi Stalin, yang didasarkan sepenuhnya pada kekuatan paksaan, dan yang di dalamnya tidak ada aktivitas spontan dan otonom yang bisa dijalankan. Apa yang dilakukan Stalin adalah memperluas warisan Leninis ini dalam skala yang sangat besar.

Karena itu, kita harus membaca buku Dr Medvedev dari sudut pandang ini: bagaimana seorang murid ekstrem Lenin, yang memiliki kecenderungan-kecenderungan psikologis seperti haus akan kekuasaan, paranoia, kekejian, dan ambisi yang tidak terbatas, mencoba dengan seluruh kemampuannya (“tanpa dibatasi oleh hukum apapun, tanpa terikat oleh aturan apapun”) untuk mewujudkan komunisme dalam realitas.

Mengapa Stalin “sangat berhasil” menjalankan hal ini? Apakah Rusia merupakan sebuah tanah yang subur bagi semua jenis tiran? Apakah Marx benar ketika ia menulis bahwa “Setiap orang memiliki aturan-aturannya sendiri”? Dr Medvedev tampak eklektik dalam memecahkan persoalan-persoalan ini. Ia mengutip seorang penulis Arab, al-Kawakibi, yang menyatakan bahwa “orang-orang awam adalah makanan dan kekuasaan seorang despot; ia berkuasa atas mereka dan dengan bantuan mereka menindas yang lain”. Sampai tingkat tertentu ia juga setuju dengan Richard Pipes, yang berkata bahwa Stalinisme merupakan kelanjutan dari patrimonialisme Rusia abad ke-18 dan 19 dalam bentuk yang lain. Namun Dr Medvedev juga tidak sepenuhnya menolak argumen Irina Ilovaiskaya bahwa Revolusi Oktober memutus sejarah Rusia ketika ia jelas “sedang bergerak ke arah liberalisasi... ke arah keseimbangan dan kestabilan Eropa”.

Dari eklektisisme ini tentu saja tidak ada sesuatu yang secara teoretis dapat kita setujui atau tidak setujui. Menyetujui setiap hal berarti tidak menyetujui apapun. Namun mungkin tidak fair untuk meminta Dr Medvedev memecahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebagai seorang sejarawan—bukan seorang teoretisi—ia telah melakukan tugasnya dengan sangat baik: ia mencatat, menggambarkan, dan menyingkap tindakan-tindakan seorang despot paling keji yang pernah ada dalam sejarah manusia.

21 Januari 1993

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.